Usaha Kerajinan Perak Lebih Menggiurkan Dibanding Menjadi Pilot
-- Bagi Ershad pria asal Demak, turun di dunia usaha kerajinan perak lebih menggiurkan dari pada menjadi seorang pilot. Setelah menjadi pilot, Ershad akhirnya pilih undur diri dan menekuni bisnis kerajinan perhiasan berbahan perak dan tembaga.
Diakuinya, rasa ketertarikan pada perhiasan perak muncul saat dirinya pulang ke kampung istrinya di Mijen, dan semenjak itu tekadnya bulat untuk mundur dari profesinya sebagai pilot di perusahaan maskapai swasta.
“Saya dulu pilot tapi begitu melihat perkembangan ekonomi di desa ini, saya lalu memutuskan resign,” kata Ershad yang bahkan memberdayakan warga sekitarnya untuk memproduksi kerajianan perak dan tembaga.
Menggunakan tabungannya untuk memulai produksi, Ershad menamai rumah produksinya dengan nama Zem Silver.
“Awalnya hanya ada dua orang ibu-ibu tetangga yang bekerja membantu saya. Kini sudah sekitar 30-an tenaga kerja,” ujarnya.
Ershad mengungkapkan, warga terutama ibu-ibu ingin belajar. Untuk itu, dirinya mendatangkan perajin dari Kotagede Yogyakarta untuk mengajarkan keterampilan selama 3 bulan kepada warga di sini. Kemudian, untuk mengasah skill dan kualitas pengukiran logam atau tembaga, ia menggelar pelatihan tambahan selama enam bulan.
Hasilnya, sejak 2013 Ershad sudah bisa memproduksi sendiri dan menerima tender pengadaan bros, lambang dan berbagai kerajinan tangan berbahan logam dan tembaga.
Harga yang ditawarkan pun bervariasi tergantung dari bahan dan jenis perhiasan. Aneka bentuk perhiasan dilahirkan para pekerja di Zem Silver dengan harga Rp80 ribu hingga Rp 4 juta.
Sebagian besar hasil produksinya diekspor ke Eropa dan berbagai negara. Selain itu, benyak juga para pelanggan yang biasa membeli perhiasan di kampung ini khusus datang hanya untuk melihat langsung proses pembuatan perhiasan-perhiasan di Mijen.
Desa Mijen sendiri telah dikenal sebagai desa penghasil aneka perhiasan berbahan perak mulai dari kalung, gelang dan aneka aksesoris. Dampaknya, ratusan ibu-ibu di kampung ini telah bekerja dan mendapatakan pemasukan untuk keluarga mereka tanpa perlu pergi ke kota atau daerah lain.
Meskipun masih berupa industri rumahan, para pengrajin di kampung ini sangat mengutamakan kualitas produk yang mereka hasilkan sehingga mendapatkan apresiasi yang tinggi dari berbagai kalangan yang menjadi pelanggan mereka.
Bahkan, produk karya warga kampung Desa Mijen sudah berkali-kali terlibat dalam berbagai pagelaran tingkat nasional bahkan dunia seperti ajang pemilihan Miss Universe.
Sumiarsih, salah satu warga Mijen mengungkapkan, berkembangnya industri rumahan pembuatan perhiasan berbahan perak ini membuat banyak ibu rumah tangga di kampungnya kini memiliki penghasilan sendiri dengan bekerja di rumah-rumah produksi di kampungnya.
“Paling tidak kami mendapatkan Rp50 ribu per hari sehingga sangat membantu kami mencukupi kebutuhan sehari-hari,” ujarnya seperti dikutip dari Berdesa.
Bahlan, pesanan perhiasan perak dari desa Mijen terus meningkat dari tahun ke tahun sehingga mampu menopang kebutuhan ekonomi sebagian besar warganya.
-- Bagi Ershad pria asal Demak, turun di dunia usaha kerajinan perak lebih menggiurkan dari pada menjadi seorang pilot. Setelah menjadi pilot, Ershad akhirnya pilih undur diri dan menekuni bisnis kerajinan perhiasan berbahan perak dan tembaga.
Diakuinya, rasa ketertarikan pada perhiasan perak muncul saat dirinya pulang ke kampung istrinya di Mijen, dan semenjak itu tekadnya bulat untuk mundur dari profesinya sebagai pilot di perusahaan maskapai swasta.
“Saya dulu pilot tapi begitu melihat perkembangan ekonomi di desa ini, saya lalu memutuskan resign,” kata Ershad yang bahkan memberdayakan warga sekitarnya untuk memproduksi kerajianan perak dan tembaga.
Menggunakan tabungannya untuk memulai produksi, Ershad menamai rumah produksinya dengan nama Zem Silver.
“Awalnya hanya ada dua orang ibu-ibu tetangga yang bekerja membantu saya. Kini sudah sekitar 30-an tenaga kerja,” ujarnya.
Ershad mengungkapkan, warga terutama ibu-ibu ingin belajar. Untuk itu, dirinya mendatangkan perajin dari Kotagede Yogyakarta untuk mengajarkan keterampilan selama 3 bulan kepada warga di sini. Kemudian, untuk mengasah skill dan kualitas pengukiran logam atau tembaga, ia menggelar pelatihan tambahan selama enam bulan.
Hasilnya, sejak 2013 Ershad sudah bisa memproduksi sendiri dan menerima tender pengadaan bros, lambang dan berbagai kerajinan tangan berbahan logam dan tembaga.
Harga yang ditawarkan pun bervariasi tergantung dari bahan dan jenis perhiasan. Aneka bentuk perhiasan dilahirkan para pekerja di Zem Silver dengan harga Rp80 ribu hingga Rp 4 juta.
Sebagian besar hasil produksinya diekspor ke Eropa dan berbagai negara. Selain itu, benyak juga para pelanggan yang biasa membeli perhiasan di kampung ini khusus datang hanya untuk melihat langsung proses pembuatan perhiasan-perhiasan di Mijen.
Desa Mijen sendiri telah dikenal sebagai desa penghasil aneka perhiasan berbahan perak mulai dari kalung, gelang dan aneka aksesoris. Dampaknya, ratusan ibu-ibu di kampung ini telah bekerja dan mendapatakan pemasukan untuk keluarga mereka tanpa perlu pergi ke kota atau daerah lain.
Meskipun masih berupa industri rumahan, para pengrajin di kampung ini sangat mengutamakan kualitas produk yang mereka hasilkan sehingga mendapatkan apresiasi yang tinggi dari berbagai kalangan yang menjadi pelanggan mereka.
Bahkan, produk karya warga kampung Desa Mijen sudah berkali-kali terlibat dalam berbagai pagelaran tingkat nasional bahkan dunia seperti ajang pemilihan Miss Universe.
Sumiarsih, salah satu warga Mijen mengungkapkan, berkembangnya industri rumahan pembuatan perhiasan berbahan perak ini membuat banyak ibu rumah tangga di kampungnya kini memiliki penghasilan sendiri dengan bekerja di rumah-rumah produksi di kampungnya.
“Paling tidak kami mendapatkan Rp50 ribu per hari sehingga sangat membantu kami mencukupi kebutuhan sehari-hari,” ujarnya seperti dikutip dari Berdesa.
Bahlan, pesanan perhiasan perak dari desa Mijen terus meningkat dari tahun ke tahun sehingga mampu menopang kebutuhan ekonomi sebagian besar warganya.
Komentar
Posting Komentar